Mitos tentang HIV AIDS yang tidak benar – bagian 1

Mitos tentang HIV AIDS yang tidak benar - bagian 1

Kami rasa kamu tahu semua nya? Dan tidak benar semuanya.

Dengan siapapun pasangan seksual kamu, kamu bisa saja merupakan korban dari mitos. Banyak mitos tentang HIV dan AIDS yang berbahaya bagi kesehatan kita, biasanya mitos ini lebih mudah menular dan dipercaya dibandingkan dengan penularan virus HIV itu sendiri. Beberapa mungkin akan membuat kamu terkejut.

Mitos: Saya monogamous/setia (hanya berhubungan sex dengan pacar/partner) tidak mungkin saya terinfeksi HIV
Kenyataannya: ini mungkin akan menimbulkan masalah ketidakpercayaan dengan pacar kamu. Tapi penelitian menunjukan banyak pasangan gay terinfeksi dari pasangan tetapnya atau pacarnya dibandingkan dengan pasangan tidak tetapnya.

Mitos: kamu hanya bisa melindungi diri kamu dari virus HIV hanya menggunakan kondom saja
Kenyataannya: itu benar sekali tapi sekarang ada metode lain untuk melindungi kamu dari virus HIV. Pilihan kamu sebelumnya hanya tidak berhubungan sex sama sekali atau menggunakan kondom. Sekarang banyak alternatif lain yang bisa kamu pilih sekalian kondom dan PrEP. Tetapi tergantung dari negara tempat tinggal kamu. Di Indonesia ini belum tersedia.

PrEP kepanjangan dari ‘pre-exposure prophylaxis’ – artinya obat yang diberikan sebelum kamu terpapar oleh virus HIV. PrEP membunuh virus HIV sebelum virus menyebar dan menyerang organ tubuh kamu, artinya kamu tidak akan menjadi HIV positif. Kamu bisa menggunakan PrEP secara teratur setiap hari sebagai pelindung (merupakan pilihan terbaik). Obat yang digunakan mengandung kombinasi tenofovir dan emtricitrabine. PrEP sangatlah efektif. Tetapi tidak melindungi kamu dari penyakit menular seksual lainnya, yang mungkin bisa lebih nyeri bila terjangkit, sulit untuk diobati dan memaksa kamu untuk tidak berhubungan sex beberapa waktu. Kondom berarti masih menjadi pilihan yang mudah didapat dan pilihan terbaik.

Mitos: Ada obat “morning – after pill’ for HIV
Kenyataannya: ini bukan mitos ini adalah kenyataan, obat ini dikenal dengan Post Exposure Prophylaxis atau PEP. Obat ini harus diminum sesegera mungkin setelah berhubungan sex tanpa menggunakan kondom. Tetapi penggunaan obat ini tidak semudah dan sesimpel ‘morning after pill’. Pertama, kamu harus mendapatkan PEP, sesegera mungkin setelah berhubungan sex yang beresiko. Semakin cepat kamu minum maka respon keberhasilannya akan bagus. Apabila lebih dari 72 bisa dikatakan sudah terlambat. Diperlukan waktu sebulan untuk pengobatan PEP berlangsung. Jika kamu membutuhkan PEP jangan menunggu waktu 24 jam untuk berkonsultasi dengan dokter seperti kebanyakan orang pikirkan.

Mitos: Bareback sex is hotter
Kenyataannya: Ini adalah penilaian kamu sendiri. Tanyakan pada diri sendiri apa yang lebih penting? Dengan siapa anda dengan berhubungan sex dan apa yang anda lakukan, atau fakta nyata adalah kamu memakai kondom dan memberikan perlindungan buat kamu dari HIV dan penyakit menular seksual lainnya.

Mitos: Lesbian tidak bisa tertular HIV
Kenyataaanya: Wanita bisa menular virus HIV ke wanita lainnya saat berhubungan sex. Tapi bagaimanapun juga resikonya sangat rendah sekali. Faktor resikonya antara lain terexposure ke vagina atau cairan tubuh lainnya, dari darah menstruasi atau dari darah yang keluar karena luka pada saat berhubungan sex terutama yang agak kasar.