Tuberculosis - infeksi oportunistik AIDS

Hidup tanpa rasa takut – saya dapatkan hidup ku kembali

Rasa takut, tidak adanya informasi yang cukup dan asumsi adalah tiga hal yang membuat saya selalu mengurungkan niat untuk melakukan tes HIV. Saya tidak mempunyai informasi yang cukup yang membuat saya menjadi takut dan saya berasumsi saya selalu baik-baik saja karena saya tidak pernah sakit dalam waktu yang lama. Pada dasarnya keengganan saya untuk menajalani tes ini cukup ironis mengingat salah satu teman baik saya positif HIV dan menjalani hidup yang sangat sehat dalam 8 tahun belakangan ini, bahkan lebih sehat dari gaya hidup saya. Seharusnya saya lebih berani untuk menjalankan tes itu dari 8 tahun yang lalu.

Akhirnya tahun lalu saya memutuskan untuk menjalankan tes itu walaupun saya merasa baik-baik saja. Dan ternyata hasilnya positif. Tentu saja ini cukup membingungkan bagi saya karena saya sendiri merasa saya baik-baik saja. Dan dari hasil tes CD4 saya waktu itu masih diatas 350, yang berarti masih dalam kondisi ‘aman’ dan bahkan saya tidak diharuskan untuk test viral load. Menurut Dokter Yogi sendiri kasus seperti saya masih dianggap tidak dalam tahap berbahaya. Yang harus saya lakukan hanya minum ARV secara teratur setiap hari.

Seminggu kemudian saya menerima ARV pertama saya. Seminggu pertama minum ARV agak sedikit menggangu keseimbangan saya karena saya merasa lemas, mengantuk dan sedikit pusing. Masuk minggu kedua saya sudah mulai terbiasa. Setelah minggu keempat efek obatnya mulai tidak terasa. Dan dalam kasus saya, mungkin karena metabolisme saya cukup lambat, jika saya makan dalam jumlah yang banyak sebelum minum obat, biasanya keesokan paginya efeknya lebih terasa. Jadi saya selalu berhenti makan dua jam sebelum saya mengkonsumsi obat.

Bagi orang yang jarang sakit seperti saya, ada efek psikologis dari obat ini. Yaitu saya merasa capek harus minum obat ini tiap malam karena saya sendiri pada dasarnya tidak suka minum obat. Tapi setelah beberapa lama, akhirnya saya lebih menerima saya memang harus minum obat ini seumur hidup. Saya anggap saja seperti minum vitamin.

Hal berat bagi saya selain harus mengkonsumsi obat ini adalah stigma terhadap penyakit ini sendiri. Tetapi saya menemukan bahwa stigma saya terhadap diri saya sendiri yang harus saya luruskan. Bahwa dengan penyakit ini saya masih bisa hidup sehat dan dengan aturan-aturan yang tepat saya juga tidak berbahaya bagi orang lain. Dokter Yogi pernah bilang ke saya bahwa orang yang positif dan minum arv justru dalam aspek tertentu termasuk lebih aman (dengan kondisi-kondisi tertentu seperti selalu memakai kondom dalam berhubungan seksual) daripada orang yang tidak pernah tes sama sekali atau orang negatif tapi tidak melakukan tes secara teratur. Berangkat dari pemikiran ini saya mulai menghargai diri saya dengan hidup sehat, selalu minum obat dan selalu melakukan seks aman.

Support system juga diperlukan dalam proses membiasakan diri dengan keadaan ini. Saya memberitahukan kepada teman-teman terdekat saya dan kedua orang tua saya. Tidak perlu untuk terlalu terbuka dengan semua orang dengan kondisi seperti ini karena bagi saya orang-oroang Indonesia belum terlalu siap. Tetapi mengetahui bahwa orang-orang yang Anda percaya selalu ada untuk Anda bahkan setelah mengetahui kondisi Anda, saya rasa itu sudah cukup.